Cermin
09 June 2018945 click
Hasrat Kuat untuk Kehidupan Penuh Makna …
Oleh Romo Joseto N. Bernadas, OP*
Oleh Romo Joseto N. Bernadas, OP*
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk mengelola sebuah kebiasaan adalah mengetahui secara jelas peran sebuah cue di dalamnya. Kebiasaan dengan mulai bekerja, mengatur keputusan, dan melakukan sebuah tindakan, dapat dipicu oleh adanya cue. Jika Anda tidak “terpapar” cue dari sebuah kebiasaan yang telah ada, maka Anda tidak akan melakukan kebiasaan tersebut. Jadi, salah satu cara untuk menangani kebiasaan adalah membiarkan diri kita sendiri selalu “terpapar” dengan cue. Dengan “terpapar” cue, maka diri kita akan lebih mudah mendapatkan kebiasaan-kebiasaan baik dan mampu menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk.
Sebuah cue adalah segala sesuatu yang mengingatkan seseorang akan obyek yang menjadi keinginan/hasrat yang berakar sangat kuat. Cue dapat berupa penglihatan akan hal-hal yang konkrit. Misalnya, menyalakan laptop milik pribadi yang akan mengingatkan orang tersebut akan game-game favoritnya. Contoh lain tentang sebuah aroma tembakau yang akan mengingatkan seorang perokok akan sebuah perasaan yang “indah” dan enak yang berhubungan dengan aktivitas merokok. Cue dapat juga membawa ke pikiran-pikiran abstrak seperti nilai ketuntasan minimum atau bahkan bayangan-bayangan sebuah pertanyaan sulit saat Anda mengerjakan ulangan dan akan memicu seorang murid untuk berusaha mencontek.
Sebuah cue akan memicu seseorang untuk mulai melakukan sebuah rutinitas. Tanpa sebuah cue, rutinitas tidak akan dimulai. Namun, persepsi dari sebuah cue, terutama di dalam seseorang dengan craving yang kuat, cukup membuat orang tersebut melakukan rutinitas di luar kontrol. Ini adalah dinamika dari sebuah cue, rutinitas (routine), hasil yang dicapai (reward), dan keinginan/hasrat yang berakar sangat kuat (craving).
Hal penting lain yang perlu diperhatikan untuk menangani kebiasaan adalah mengetahui secara jelas peran dari keinginan/hasrat yang berakar sangat kuat di dalamnya. Kebiasaan baru terbentuk bila keinginan/hasrat yang berakar sangat kuat akan sesuatu tersebut telah berkembang atau diperoleh. Banyak orang telah mencoba rokok atau obat-obatan terlarang, tetapi tidak berakhir dengan ketagihan. Alasannya, bisa jadi karena mereka belum mencapai pada pengembangan sebuah keinginan/hasrat yang berakar sangat kuat akan kegiatan tersebut. Semakin kuat keinginan/hasrat yang berakar sangat kuat tersebut semakin kuat kebiasaan terbentuk. Untuk alasan ini bentuk terkuat dari kebiasaan adalah ketagihan.
Sejauh ini apa yang telah dibicarakan di atas hanya mencakup sebagian dari seluruh permasalahan. Namun, terasa cukup untuk mengetahui bahwa sebuah keputusan dan tindakan tidak hanya merupakan proses sederhana dari sebuah pemikiran logika/rasio semata, tapi dari sebuah dorongan kebiasaan. Baik pula untuk diketahui bahwa sebuah logika yang jelas tentunya tidak sejalan dengan sebuah kebiasaan yang kuat. Artinya, mengapa kita terkadang berakhir dengan melakukan sesuatu yang sebetulnya sudah kita putuskan, tapi kita tidak akan melakukannya. Demikian pula sebaliknya bila kita gagal melakukan sesuatu yang sebenarnya, tapi kita bisa melakukannya. (* Penulis Pastor di Paroki Gereja Redemptor Mundi Surabaya)
Ilustrasi gambar dari buku “The Power of Habit”
oleh Charles Duhigg
Komentar :
Maaf belum ada komentar
Input Comment :
« | ‹ | Apr 2024 | › | » | ||
---|---|---|---|---|---|---|
M | S | S | R | K | J | S |
31 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 |
14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 |
28 | 29 | 30 | 1 | 2 | 3 | 4 |
5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |